Selasa, 17 Juni 2014

Ironi Merah Muda


Ini tentang cerita lama…
Ketika rona merah muda itu bersemi, siapa yang dapat menyanggahnya?
Kini hati milik yang resah, menjadi gulana tiap kali merindukan parasnya
Bukankah kita terlalu sering menjadi seorang pengagum nan malu?
Menyambungkan semua irama di tiap pertemuan yang disebut kebetulan
Mencoba bertahan dalam percakapan tanpa arah dengan sosoknya
Menyembunyikan semua kegugupan dibalik riangnya tawa
Menahan rasa hampa pada jeda waktu yang panjang kala lama tak bertemu
Mengunggah dia dalam setiap lamunan malam-malam kita
Tak pernahkah terlintaskah jika sebenarnya iapun demikian?
Menaruh decak kagum pada figur seorang kita
Mencuri kesempatan bola matanya menemukan sudut kita
Menciptakan jarak sekecil mungkin dengan kita
Menjadi cemas setiap menolah ke arah punggung kita yang menjauh
Menyembunyikan kelu lidahnya ketika mengeja nama kita
Menyisakan ruang bagi kita berada di sampingnya
Berkhayal semu tentang kita disebelum tidurnya
Insan yang sama-sama berkepala batu untuk saling cemburu
Untuk berpura tidak tahu dan mengabaikan nurani rindu
Sama-sama menyanggah rasa yang tumbuh tak berarah
Bagaimana jika membisu memang menyakitkan?
Bagaimana jika mematung itu melelahkan?
Dan marutnya tirai kebohongan semakin membentang
Sampai kapan kita bertahan dalam menyakiti relung masing-masing?
Hingga suatu hari setelah kita lupa tentangnya kita baru terbangun
Bahwa kita pernah sama-sama saling mengendap untuk menatap
Namun hari itu tiba dengan terlambat
Menyesalkah kita terlalu ego untuk tak mau saling bicara?

Oleh: Faradika Ayu Pratiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar