Selasa, 17 Juni 2014

"Cinta itu seperti seni, kata Erich Fromm. Dia harus dirawat dan diperjuangkan. Cinta tidak tumbuh liar di hutan tak bertuan. Justru cinta harus dijaga agar selalu tumbuh dan berkembang. Inilah cinta yang dewasa"


Mengapa Sulit Sekali Khusyuk Ketika Shalat? Inilah Jawabanya


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena 1, Memang belum mengenal kecuali sebatas Tuhan, belum mengenal sifat, afal, dan Asma-Nya. DIA yang menciptakan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, aku, tubuhku, mataku, telingaku, jantungku, istriku, anak-anakku.

DIA yang menciptakan semua yang kulihat, semua yang kudengar, semua yang bergerak, semua yang berada di langit dan di bumi, semua dihidupkan-NYA "Al Muhyi" dan semua akan dimatikan-NYA "Al Mumiitu." semua tunduk dalam kehendak "Al Muriidu" dan kekuasaanNYA "Al Qodiiru", DIA-lah yang mengatur semuanya "Ar Robbu", DIA-lah yang mengusai sekaligus memiliki semuanya "Al Maaliku" (QS3:26-27).

DIA Maha Menatap "Al Bashiiru" tahu persis hati, pikiran dan lintasan pikiran kita dan DIA Maha Mendengar "As Samiiu'" mendengar gesekan daun, langkah semut dan rintihan hati hamba-NYA. Lantas sadarkah kita bahwa DIA yang segala-galanya yang kita hadapi dalam salat selama ini? Bisakah hati dan pikiran kita lari saat salat sementara DIA MENATAP hati pikiran kita? Kalau begitu kok bisa maksiat sementara DIA terus menerus memperhatikan kita?

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena belum faham bacaan, makna, hikmah, keutamaan, syarat dan rukun salat, maka jadilah "sukaaro" salat mabuk alias salat tanpa rasa, tanpa pemahaman, tanpa penghayatan, tanpa keyakinan, kosong, hampa, seakan robot jasad tanpa ruh, "alkusaala" malah terasa beban, buru buru pengen cepat selesai, senangnya menunda nunda waktunya, gerak salatnya cepat seperti ayam matok. Surah & bacaan salatpun komat kamit.

Sahabatku, simaklah Kalam Allah ini, "...Janganlah kalian menegakkan salat, sedangkan kalian dalam keadaan mabuk, sampai kalian benar-benar faham apa-apa yang kalian baca dalam salat kalian" (QS4:43). Lihat orang mabuk berkata berbuat tetapi tidak sadar apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat, lihat orang salat berdiri, bertakbir, baca ayat, rukuk, sujud, tahiyyat dan salam, tetapi tidak sadar bahwa ia sedang berdiri, rukuk sujud menghadap pencipta langit dan bumi. Tidak sadar bahwa ia sedang berdialog dengan pencipta dirinya, yang maha menentukan segala-galanya! Jangan lupa berwudhu, berzikir dan berdoa sebelum tidur.


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena tidak sadar bahwa salat itu adalah "Almuhadatsah bainal makhluqi wal Khooliqi", dialog hamba kepada Kholiqnya. "Apabila salah seorang dari kalian salat, sebenarnya dia sedang berkomunikasi dengan Allah," (HR Bukhari Muslim).

Coba perhatikan dari adzan, panggilan waktu menghadapNya, yang dipanggil pun yang bersyahadat, "Asyhaaduallaa ilaaha illallah wa ashhadu anna Muhammadar Rasulullah". Yang tidak beriman tidak dipanggil, karena itulah Rasulullah mengingatkan, "Yang membedakan kita dengan orang kafir adalah salat, maka siapa dengan sengaja meninggalkan salat, maka sungguh dia sudah berperangai seperti orang kafir". 


Menutup aurat menghadapNya, menghadap kiblat karena memang fokus jasad, ruh, hati, pikiran kepadaNya, apalagi berjamaah jadi rapi shof dan seluruh dunia pun satu arah kiblat. Lalu bersuci karena memang menghadap Maha Suci, lalu berdiri tegap, takbir, membaca iftitah "Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samaawati wal ardho", hamba datang menghadapMu, duhai Pencipta Langit dan Bumi, tunduk patuh taat padaMU.

Inilah di antara komunikasi salat yang belum dipahami. Lantas bagaimana khusyuk tanpa kesadaran ini?

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena sedikit kita yang paham bahwa dalam salat, tatkala membaca Alfatihah terjadi dialog hamba dengan Rabbnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca surat Alfatihah, setiap ayat yang dibaca itu langsung dijawab oleh Allah."

Lalu Rasulullah menyampaikan, ketika seorang hamba berkata, "Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam." Allah menjawab, "HambaKu telah memujiKu". Seorang hamba berkata, "Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang." Allah menjawab, "HambaKu memujiKu."

Seorang hamba berkata, "Raja di Hari Pengadilan." Allah menjawab, "HambaKu mengagungkan diriKu. HambaKu berserah diri kepadaKu." Seorang hamba berkata, "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan." Allah menjawab, "Inilah pertengahan antara Aku dan hambaKu, dan bagi hambaKu apa yang dia minta Aku berikan".

Seorang hamba berkata, "Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau anugerahkan kepada mereka, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat." Allah menjawab, "Ini milik hambaKu, dan bagi hambaKu apa yang dia minta Aku berikan," (Hadis Qudsi, HR Muslim).

Karena itu, Sahabatku, mulailah bacanya pelan-pelan dengan kesadaran dan keyakinan, 'Thuma'ninah'. Sungguh Allah menjawab setiap ayat yang kita baca.


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena 'hubbub dunya', sangat mencintai dunia. "The money is the first and the final of life, no money no happy," sehingga hati pikirannya selalu dipenuhi oleh segala sesuatu yang bersifat duniawi, duit, dolar, makan minum, keluarga, target-target bisnis, masalah-masalah, berhayal, dan sebagainya.

Itulah yang diingat-ingat dalam salat, sampai apa yang disebut oleh Rasulullah, "Hatta yansa kam rokatan laka," sampai dia lupa sudah berapa rakaat dia sudah salat. Maka tidak heran saat salat yang semestinya hati pikirannya fokus dalam salat, malah ingat dunia.

Sahabatku, simaklah Kalam Allah surah Al Maa'uun ayat 4 dan 5 ini,

"Celakalah orang-orang yang mengerjakan salat yang hati pikirannya lalai kepada Allah."

Lalai hatinya karena dunia. "Ball tu'tsiruunal hayaatad dunya," (QS 87: 16).

Karena itu, sadarilah hidup kita tidak lama di dunia yang fana ini. Salatlah seakan salat terakhir hidup. Simaklah sabda Rasulullah, "Bila engkau melakukan salat, maka salatlah kamu, seperti orang yang akan meninggalkan alam fana," (HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena makan minum yang haram, baik secara zat (lizaatihi) seperti anjing, babi, alkohol, narkoba dan sebagainya, atau cara mencarinya dengan cara haram (linailihi), walaupun halal zatnya seperti makan tempe tahu halal tetapi karena cara mencarinya dengan berdusta, menipu, sumpah palsu, terima sogokan, korupsi dan sebagainya, maka tetap haram.

Seakan dia makan tempe tahu, tetapi sebenarnya dia makan anjing dan babi. Itulah yang disebut, "Rijsun min amalisy syaithon."

Najis karena amalnya, atau 'roddudzdzakaat' karena menolak zakat, maka hartanya bercampur dengan hak fakir miskin, kotorlah hartanya. Semuanya menjadi hijab hati dan hijab hubungan kepada Allah. Walhasil, sholatnya pun tidak diterima. Allah 'subbuuhun', Maha Suci hanya menerima yang suci.

Ingat komentar Rasul pada orang yang menangis tatkala berdoa, "Hampir saja aku mengira doanya diijabah Allah, namun Jibril memberitahuku bahwa orang itu suka menipu. Lantas bagaimana Allah menjawab si penipu, pakaian dan makanannya dari hasil menzholimi orang lain?"

Sadarilah, saat salat kita berhadapan dengan zat yang Maha Suci.


Karena salatnya masih disertai 'Al Fahsyau', berbuat maksiat seperti berdusta, mabuk, buka aurat, berjudi, berzina, dari zina mata melihat yg porno, tangan meraba, pikiran berhayal sampai zina kemaluan. "Adzdzunuubu kaafilatul quluubi", dosa-dosa maksiat itu menjadi penutup hati.

Alwaqi guru Imam Syafii berkata, "Nurullahi la yuhda lil a'shi", sungguh cahaya nur hidayah Allah tidak akan masuk pada hati yang tertutup gelap karena maksiat. Inilah kebanyakan yg terjadi pada 'tukang sholat', bukan 'Penegak Sholat', STMJ (Salat Tekun Maksiat Jalan), ritual rutinitas tanpa disertai amal yang berkualitas.

Hasilnya, lagi-lagi kosong, tidak ada "atsar" pengaruh. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa ada orang salat tetapi sulit khusyuk. Bagaimana khusyuk, maksiat terus.
Imam Ghazali berkata, "Sungguh, sekali dusta sudah cukup membuat salatnya terhijab kepada Rabbnya."

Subhanallah. Mudah-mudahan Allah terus membimbing kita dengan hidayahNya sehingga semakin dekat dengan kematian, semakin baik ibadah salat kita. Amin.

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena salatnya disertai 'Al Munkar', berbuat zholim, menganiaya, menipu, menggunjing, memfitnah, merendahkan orang lain secara terang-terangan atau secara diam-diam. Dalam hatinya merendahkan orang lain, menghina, memukul apalagi sampai membunuh orang lain.

Ini pun menjadi hijab besar, karena Allah hanya menerima ibadah yg membuat hamba itu menghinakan diri di hadapanNya dan yang membuat dirinya rendah hati kepada makhlukNya. Cukup salat itu akan dianggap dusta kalau tidak memperhatikan yatim piatu dan faqir miskin (QS Al Maun 1-3).

Cuek, masa bodoh, pelit, "emangnya gue pikiran", dan sebagainya sudah cukup dianggap pendusta salat, pendusta agama apalagi sampai berbuat aniaya.

Ini semua bukan akhlak hamba Allah yang salat. orang salat itu belas kasih, santun, pemaaf, murah senyum, dermawan dan rendah hati, sahabatku.

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima salat hamba-hambaNya yang rendah hati". Sekali lagi sahabatku, hambaNya yang mengenal Allah akan menghinakan diri di hadapan Allah dan buahnya rendah hati di hadapan mahlukNya.


Ustadz Arifin Ilham
merdeka.com

Ironi Merah Muda


Ini tentang cerita lama…
Ketika rona merah muda itu bersemi, siapa yang dapat menyanggahnya?
Kini hati milik yang resah, menjadi gulana tiap kali merindukan parasnya
Bukankah kita terlalu sering menjadi seorang pengagum nan malu?
Menyambungkan semua irama di tiap pertemuan yang disebut kebetulan
Mencoba bertahan dalam percakapan tanpa arah dengan sosoknya
Menyembunyikan semua kegugupan dibalik riangnya tawa
Menahan rasa hampa pada jeda waktu yang panjang kala lama tak bertemu
Mengunggah dia dalam setiap lamunan malam-malam kita
Tak pernahkah terlintaskah jika sebenarnya iapun demikian?
Menaruh decak kagum pada figur seorang kita
Mencuri kesempatan bola matanya menemukan sudut kita
Menciptakan jarak sekecil mungkin dengan kita
Menjadi cemas setiap menolah ke arah punggung kita yang menjauh
Menyembunyikan kelu lidahnya ketika mengeja nama kita
Menyisakan ruang bagi kita berada di sampingnya
Berkhayal semu tentang kita disebelum tidurnya
Insan yang sama-sama berkepala batu untuk saling cemburu
Untuk berpura tidak tahu dan mengabaikan nurani rindu
Sama-sama menyanggah rasa yang tumbuh tak berarah
Bagaimana jika membisu memang menyakitkan?
Bagaimana jika mematung itu melelahkan?
Dan marutnya tirai kebohongan semakin membentang
Sampai kapan kita bertahan dalam menyakiti relung masing-masing?
Hingga suatu hari setelah kita lupa tentangnya kita baru terbangun
Bahwa kita pernah sama-sama saling mengendap untuk menatap
Namun hari itu tiba dengan terlambat
Menyesalkah kita terlalu ego untuk tak mau saling bicara?

Oleh: Faradika Ayu Pratiwi

Senin, 16 Juni 2014

Perbedaan Cinta dan Sayang

Cinta pada seseorang menimbulkan harapan
Sayang pada seseorang menumbuhkan pengorbanan
Cinta membutuhkan pertemuan fisik
Sayang menembus batas ruang dan waktu
Cinta hadir karena sebab, dan hilang saat sebab tak lagi ada
Sayang hadir tanpa sebab, ia abadi di sanubari
Cinta itu memberi untuk menerima
tapi sayang, memberi untuk menumbuhkan
Cinta bertemu karena kesamaan persepsi
Sayang tumbuh karena kesamaan visi
Cinta identik dengan, "Kamu, adanya apa?"
Sayang identik dengan, "Kamu, apa adanya!"
Cinta berkata, "Aku suka wajahnya"
Sayang berkata, "Aku senang dengan kepribadiannya"
Cinta.. Hari ini kau mencintainya, esok bisa jadi kau membencinya
Sayang, hari ini, kemarin, esok dan selamanya kau tetap menyayanginya
Ada jatuh cinta, tapi tak pernah ada jatuh sayang.
Dalam beberapa detik, Anda bisa mencintainya, Namun tidak dengan sayang.
Karena sayang itu proses mengerti, memahami, menolong, mendahulukan dalam rentang waktu yang panjang.
Di lima tahun pertama usia pernikahan, mungkin cinta yang dominan.
Namun selanjutnya, yang membuat ikatan pernikahan senantiasa langgeng adalah sayang.


Setia Furqon Kholid
Petikan isi buku "Jangan Jatuh Cinta! Tapi Bangun Cinta"

Pejuang Tugas Akhir Interior 2010


Wakatobi

Let's Build our House


Transaction


Wakatobi's Beloved Village

Interpretation Futuristic Movie "Star Trek Into Darkness"

Star Trek Into Darkness

Future Space

Darkness and Happiness
Earth Occupants

Old New, London


Originalitas Seni Tradisional

Arjoena Permada karya I Gusti Nyoman Lempad
Air, Api dan Kayu

Panah Arjuna
Makna
Arjuna Srikandi


Super Arjuna



Warna

Color atau disebut dengan warna merupakan salah satu elemen yang menciptakan suatu “tren” dalam interior dan arsitektur. Warna juga memiliki sifat memberi suatu identitas baru atau pengalaman baru. Sifat memberi suatu identitas baru pada suatu objek memberikan pengertian bahwa warna merupakan suatu tambahan, suatu elemen yang bersifat sekunder, dan memiliki sifat seperti kosmetik. Warna memberikan efek fall, ketika seseorang melihat perbedaan warna, ia seolah jatuh ke dalam strata satu ke strata lain, seolah ia masuk ke dalam suatu kualitas ruang yang berbeda. Kekuatan warna yang dapat memberikan suatu persepsi baru dianggap menjadi suatu hal yang berbahaya. Ia dapat menciptakan suatu power seperti narkotika, menciptakan sebuah delusi dan halusinasi. Contohnya, ketika kita berada di suatu ruangan berwarna biru, kita merasa berada di suatu ruangan yang tenang. Kemudian kita berpindah ke suatu ruangan berwarna merah, kita akan merasa berapi-api, bersemangat. Delusi muncul sebagai suatu persepsi yang mempengaruhi perasaan psikologis orang yang melihatnya.
“We have no sense of direction. We drift. Hallucination follows hallucination. We are in confusion”__ Louis Welnthal, Toward a New Interior-An Anthology of Interior Design Theory, 2011
            Menurut Le Corbusier, arsitektur merupakan sesuatu yang ideal, maka ia banyak menggunakan warna putih untuk karya-karyanya. Warna putih merupakan warna yang tenang, bersih, jelas, sehat, rasional dan sangat bagus (Le Corbusier, Purism: 1964). Menurutnya warna putih adalah warna surga, ia ingin memasukkan kesan tenang pada karya-karyanya.
White, it includes everything. White, pure white”__ Theo van Doesburg, White Walls, Designing Dresses: The Fashioning of Modern Architecture, 1995
Menurut saya, warna memiliki peranan penting dalam penciptaan suasana ruangan. Warna bukan hal yang menakutkan, ia adalah suatu elemen yang attractive. Warna dapat menarik perhatian secara visual, menambah keindahan dan menciptakan kualitas ruang. Ia merupakan suatu “tambahan” untuk menambah estetika ruangan karena ia memiliki sifat  dominan dalam visual (hal pertama yang dilihat oleh mata). Visual akan menambahkan persepsi, maka ia menambahkan estetika atau keindahan ruangan. Misalnya, ruang glamor ditegaskan dengan warna-warna gold, silver, putih dan hitam. Contoh yang lainnya adalah ruang yang natural menghadirkan warna-warna alam seperti warna kayu, seperti warna coklat, hijau. Warna merupakan elemen yang sangat dominan dalam visual, visual akan menambahkan persepsi, maka ia menambahkan estetika atau keindahan ruangan.
SUMBER

 Welnthal, Louise. 2011. Toward a New Interior-An Anthology of Interior Design Theory. Princeton Architectural Press: New York.
Design Advice, Interior Design Colour and Psycology. http://aokiinteriors.ie/design-advice/colour-psychology (tanggal akses: 18 Februari 2014)

Mitos dalam Interior

Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang diungkapkan.  Mitos juga merupakan suatu tradisi lisan yang terbentuk dalam masyarakat. Mitos juga dapat disebut sebagai suatu cerita yang dianggap tabu. Interior sendiri memiliki makna sebagai suatu bagian yang terdapat dalam suatu ruang (gedung). Lalu, apa yang dimaksud dengan mitos dalam suatu interior?
            Mitos dalam suatu interior merupakan bagian dari minor architecture. Minor architecture muncul dari major architecture dimana major architecture memiliki suatu kekuatan yang berpengaruh dalam suatu arsitektur. Dalam konteks ini bisa dikatakan bahwa minor architecture muncul sebagai suatu desire atau “keinginan” dimana keinginan tersebut juga memiliki suatu aksi untuk  melakukan suatu transformasi. Contohnya, A  menginap di suatu hotel, A merasa tidak nyaman pada interior ruangan dalam gedung, kemudian A menaruh suatu lukisan pada ruangannya agar ia merasa lebih nyaman. Pada kasus ini, interior hotel merupakan suatu major architecture sedangkan A merupakan minor architecture dan lukisan merupakan suatu aksi dari keinginan A (desire). Dari kasus tersebut dapat dikatakan bahwa minor architecture merupakan suatu revolusi yang memberikan rasa puas bagi pelakunya.
Minor architecture may emerge either in the movement from one segment to another or as lines of force within the zone ‘between’ segment. They reshape space by transforming it (Jill Stoner, Towards a Minor Architecture, 2012).
            Menurut Jill Stoner dalam bukunya Towards a Minor Architecture, minor architecture mungkin akan melawan suatu selubung(interior) yang sudah ada hingga menciptakan selubung yang lain.  Dari situlah muncul istilah mitos dalam suatu interior. Mitos dalam interior dipengaruhi oleh space, waktu dan pelaku. Space, waktu dan pelaku memiliki konektivitas yang akan membentuk suatu interioritas yang memiliki makna atau place. Mitos dalam suatu interior juga dapat dikatakan sebagai power dari suatu interioritas. Contoh kasusnya adalah A berada pada suatu rumah dan ia berada pada ruang yang dinamakan ruang tidur, ia ingin keluar dari ruangan tersebut karena merasa bosan, namun ketika keluar ia menemukan ruangan lain yang bernama ruang makan. Bahkan ketika keluar rumah pun ia bertemu dengan ruang lagi yang bernama halaman. Dari contoh tersebut A menginginkan untuk keluar dari interioritas suatu ruangan. Ia ingin keluar, tetapi malah masuk ke dalam suatu ruang lain yang juga memiliki interioritas yang lain. Di situlah letak dari mitos dalam interior yaitu bertemunya suatu interioritas yang tidak tahu kapan dan dimana akan dimulai dan berhenti.
They have only their elastic length, with never a true beginning or end (Jill Stoner, Towards a Minor Architecture, 2012).

Kesimpulan
Mitos dalam suatu interior sebenernya merupakan suatu karakter dalam suatu interioritas. Mitos dari suatu interior muncul dari minor architecture yang muncul sebagai suatu desire atau keinginan.Mitos dalam suatu interior juga dipengaruhi oleh ruang (space), waktu dan juga pelaku, dimana mereka akan membentuk suatu interiority dalam sebuah ruang hingga ruang tersebut memilki suatu makna, dan bisa disebut sebagai place. Interioritas dalam suatu mitos interior tidak tahu kapan dan dimana akan dimulai dan berhenti.

Tunawisma di Tengah Kota

Mereka yang tersingkirkan di tengah kota, itulah para tunawisma. Hidup di tengah hiruk pikuk Kota, terlonta tak tau arah, bersandar hidup melalui receh atau sampah dan selalu mengharap belas kasih orang lain. Berkaca dari para tunawisma, kita harus lebih bersyukur, karena kita dapat dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk berbelanja kebutuhan hidup, pakaian, sepatu, tinggal di dalam rumah yang layak, hampir semua kebutuhan kita tercukupi. Melihat tampang para tunawisma yang kotor, bau, berbaju usang, bahkan tanpa pengalas kaki, mereka seratus delapan puluh derajat berbeda dari kita.
image
http://forum.kompas.com/
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tunawisma adalah orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Sedangkan menurut (Anon,1980) Tunawisma atau yang biasa disebut gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Dengan berbagai alasan mereka hidup dan melakukan kesehariaannya di ruang publik. Jalanan, pasar, taman kota, kolong jembatan, bahkan jembatan penyeberangan adalah tempat-tempat yang biasa digunakan oleh mereka untuk  bernaung.
Munculnya tunawisma merupakan fenomena sosial di dalam struktur masyarakat. Fenomena sosial yang dimaksud adalah akibat dari kalah bersaing dalam menempuh kehidupan. Salah satu penyebab utama munculnya fenomena sosial ini dikarenakan oleh faktor kemiskinan. Kemiskinan yang dimaksud bukan hanya miskin secara materi, tetapi juga miskin secara sosial, kultural, dan mental. Seperti yang dipaparkan oleh Sumodiningrat (1999 : 45) Masalah kemiskinan pada dasarnya bukan saja berurusan dengan persoalan ekonomi semata, tetapi bersifat multidimensional yang dalam kenyataannya juga berurusan dengan persoalan-persoalan non-ekonomi (sosial, budaya, dan politik). Karena sifat multidimensionalnya tersebut, maka kemiskinan tidak hanya berurusan dengan kesejahteraan materi (material well-being), tetapi berurusan dengan kesejahteraan sosial (social well-being). Karena merasa kalah dengan masyarakat, mereka seakan tersingkirkan dan memilih untuk tinggal di tempat yang “lain”. Menurut Muthalib dan Sudjarwo (dalam IqBali, 2005) diberikan tiga gambaran umum gelandangan, yaitu sekelompok orang miskin atau dimiskinkan oleh masyaratnya, orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai, dan orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan.
Fenomena sosial tersebut kemudian menjalar pada sifat malas seseorang yang tidak ingin berusaha untuk memperbaiki hidupnya dan lebih memilih pasrah tanpa melakukan tindakan apapun.  Philip G. Zimbardo, Scott, Foresman (1979) dalam bukunya Psychology and Life, menyebutkan bahwa kemalasan terbentuk karena faktor keadaan atau state. Alkostar (1984) dalam penelitiannya tentang kehidupan para tunawisma, ia melihat bahwa penyebab munculnya tunawisma adalah karena faktor internal dalam diri mereka. Faktor internal tersebut meliputi sifat-sifat malas dan  tidak mau bekerja, sehingga mereka lebih cenderung untuk mencari nafkah melalui belas kasih orang lain dengan  cara mengemis atau memulung. Ketika mereka terbiasa hidup dengan cara mengemis, mereka menjadikan pekerjaan “meminta” tersebut menjadi suatu kebiasaan dan pekerjaan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan dalam teori Behaviorisme oleh John Broades Watson, segala perilaku manusia sebagian besar dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Lingkungan akan membentuk kepribadian manusia. Tunawisma dipandang dari segi budaya sosial, lahir dari keadaan sosial dan geografis di lingkungannya. Seseorang yang terlahir dari orangtua tunawisma, ia kemungkinan besar juga akan menjadi tunawisma. Hal tersebut terjadi karena kurangnya ilmu atau pendidikan orang tuanya, sehingga title tunawisma yang sudah biasa disandang akan menurun ke anak mereka. Akibatnya, mereka hidup berkeluarga tanpa tempat tinggal dan akhirnya juga ikut bermata pencaharian menjadi seorang pengemis. Mereka-mereka yang lahir dan muncul dari keadaan sosial seperti inilah yang berpotensi menularkan dan menyebarkan budaya sosial mengemis. Tidak ada keterampilan lain yang dimiliki kecuali hanya mengemis.
Mengulik kesehariannya, ruang publik seperti pasar, jalanan, jembatan penyeberangan adalah tempat tinggal baginya. Terkadang mereka berpindah, terkadang mereka menetap. Tak jarang pula mereka menjadi sasaran petugas penertiban, hingga mereka harus lari pontang-panting mencari tempat yang aman. Sehari-harinya mereka berjalan dari suatu tempat ke tempat lain sambil mengadahkan tangan, berharap mendapat rezeki dari orang lain. Tidur dan makan di sembarang tempat dan terlonta mencari sesuap nasi. Dikatakan nyaman, tentu saja tidak. Nasib yang memaksa mereka tinggal di tempat yang tidak layak. Mereka hidup membaur di tengah kota, namun terasa tersingkirkan. Banyak orang menganggap mereka adalah sampah kota.
Berbicara tentang tempat tinggalnya di ruang publik. Ruang publik atau urban space menurut Spreiregen (1965), merupakan pusat kegiatan formal suatu kota, dimana ia terbentuk melalui fasad bangunan di suatu kota yang berfungsi sebagai enclosure atau lantai kota. Urban space tidak luput dari kegiatan atau aktifitas masyarakat kota, karena pada dasarnya ketika merancang sebuah ruang publik terdapat activity support dimana ruang publik akan menghadirkan aktifitas masyarakatnya (Shirvani, 1985) dan tunawisma merupakan bagian dari masyarakat yang turut serta beraktifitas di tengah kota. Namun, menurut para tunawisma, ruang publik merupakan rumah bagi mereka. Rumah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bangunan untuk tempat tinggal. Benar apa kata mereka ketika mereka menyebutkan ruang publik adalah rumah bagi mereka, karena mereka tinggal di sebuah bangunan. Permasalahannya, bangunan yang mereka tinggali adalah bangunan milik umum bukan milik mereka sendiri, sehingga kehadiran mereka di urban space malah menjadi pemandangan pelik yang terkadang menjadi ancaman untuk orang lain.
Urban space menurut kita adalah suatu space. Suatu void yang memiliki keterkaitan secara fisik seperti yang diungkapkan oleh Trancik dalam Place Theory (1986).  Namun menurut para tunawisma, space tersebut sudah menjadi suatu place untuk mereka. Trancik (1986) menjelaskan sebuah space menjadi sebuah place ketika ia mempunyai arti dari lingkungan. Schulz (1979) menambahkan bahwa sebuah place adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Sedangkan Menurut Zahnd (1999) place terbentuk jika space  memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang berarti. Para tunawisma sudah merasa ruang publik adalah bagian dari hidupnya, karena dari situlah mereka melakukan kehidupan sehari-hari, mereka mencari nafkah, mereka tidur, makan dan lain sebagainya. Mereka telah memberikan makna dari pengalaman hidupnya pada sebuah space sehingga suatu ruang yang tadinya beridentitas space berubah menjadi place bagi mereka. Hal ini yang harus segera diberantas, anggapan bahwa ruang publik adalah rumah bagi mereka, karena kehadiran mereka yang lontang-lantung di tengah kota menimbulkan suatu ancaman kepada masyarakat, merusak pemandangan kota, dan menciptakan kesan kumuh.
Fenomena tunawisma ini semakin berkembang, terlebih di era krisis ekonomi. Mereka akan mudah menularkan gaya hidupnya. Thomas Robert Malthus yang memiliki teori Sumber Daya Versus Populasi, menyebutkan bahwa seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, sumber daya yang dibutuhkan akan semakin tinggi. Jika populasi tidak terkendali tanpa peningkatan sumber daya maka akan timbul masalah besar yang tidak hanya mempengaruhi ekonomi, melainkan juga sosial budaya. Akibatnya jika angka kemiskinan meningkat maka jumlah tunawisma juga akan terus meningkat dan semakin berkembang.

Daftar Pustaka
Spreiregen, Paul D. 1965. Urban Design: The Architecture of Towns and Cities. New York: Mc Graw Hill Book Co.
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu : Teori Perancangan Kota Dan Penerapannya. Yogyakarta: Kanisius.
Sedana, Gede. Faktor Penyebab Terjadinya Gelandangan dan Pengemis. Denpasar: Fakultas Pertanian Univ Dwijendra Denpasar.
Teori-teori Perkembangan Kota. http://pengembanganperkotaan.wordpress.com/
Kebiasaan yang Dilakukan sesuai Teori Stimulus Respon. http://psikolinguistik10a.wordpress.com
Teori Kemiskinan. http://tesisdisertasi.blogspot.com/

Minggu, 15 Juni 2014

Jalan Panjang Kasih Ibu

Nak…
ibu ceritakan kisah ini pada mu
nak… dengar baik-baik ya
karena perjalanan kita masih panjang
Nak…
sebelum kau terlahir
dalam lautan doa
dalam hela nafas dzikir
dalam asa berbalut cinta
ibu berharap mendapatkan suami
yang penuh cinta kasih dan sayang
agar cinta ayah dan ibu
terpancar kuat
untuk sang buah hati
yaitu kamu nak…
Nak…
setelah ibu dan ayah
disatukan dalam ikatan cinta
dari illahi
kami ukir bersama
agar hari-hari mu indah
penuh tawa
juga keceriaan
walau kadang
ada duka menetes
namun air mata itu
tak pernah
berderai di depan mu nak…
Nak…
tak mudah
dan masih panjang perjalanan kita
karenanya
demi kebahagiaan mu
ibu terus berjuang
tapaki roda kehidupan
penuh semangat
Nak…
hari demi hari
ibu rajut benang asa ini
tak pernah putus asa
entah sudah berapa kali
ibu tertusuk jarum-jarum kehidupan
namun ibu terus bangkit
dan bangkit lagi
karena mu nak
semuanya bisa ibu lalui dengan tegar
Nak…
harap ku
kau bisa menjadi yang terbaik
tapaki kehidupan yang semakin menggila
yaa… karena zaman mu
akan lebih deras lagi
halangan menghadang
tapi ibu yakin
kau bisa lalui
dengan
atau
tanpa ibu
Nak…
meski kau kelak tertatih-tatih
arungi hidup yang penuh cobaan
kau tak boleh patah arang
untuk selalu dekat
pada Allah
dalam suka dan duka
karena Allah adalah sumber segala sumber kekuatan hidup
Nak…
ibu percaya
kau mampu
berdiri kokoh
dan berjalan tegap
tatap masa depan
penuh cahaya
Nak…
mari lanjutkan
perjalanan ini
dan adukan
segala keluh kesah mu dalam doa
dan dada ibu mu pun
sepenuh hati
menampung dengan setia
segala curahan hati mu
Nak…
kita berpisah sementara
kau lanjutkan perjalanan ini
meski tanpa ibu
namun ingat
doa ibu
selalu hadir
dalam hari-hari mu
Nak…
maafkan
Ibu harus pergi
Ibu sangat mencintai mu nak…

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/09/09/39035/jalan-panjang-kasih-ibu/#ixzz2eO4V0AdW