Selasa, 17 Juni 2014

"Cinta itu seperti seni, kata Erich Fromm. Dia harus dirawat dan diperjuangkan. Cinta tidak tumbuh liar di hutan tak bertuan. Justru cinta harus dijaga agar selalu tumbuh dan berkembang. Inilah cinta yang dewasa"


Mengapa Sulit Sekali Khusyuk Ketika Shalat? Inilah Jawabanya


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena 1, Memang belum mengenal kecuali sebatas Tuhan, belum mengenal sifat, afal, dan Asma-Nya. DIA yang menciptakan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, aku, tubuhku, mataku, telingaku, jantungku, istriku, anak-anakku.

DIA yang menciptakan semua yang kulihat, semua yang kudengar, semua yang bergerak, semua yang berada di langit dan di bumi, semua dihidupkan-NYA "Al Muhyi" dan semua akan dimatikan-NYA "Al Mumiitu." semua tunduk dalam kehendak "Al Muriidu" dan kekuasaanNYA "Al Qodiiru", DIA-lah yang mengatur semuanya "Ar Robbu", DIA-lah yang mengusai sekaligus memiliki semuanya "Al Maaliku" (QS3:26-27).

DIA Maha Menatap "Al Bashiiru" tahu persis hati, pikiran dan lintasan pikiran kita dan DIA Maha Mendengar "As Samiiu'" mendengar gesekan daun, langkah semut dan rintihan hati hamba-NYA. Lantas sadarkah kita bahwa DIA yang segala-galanya yang kita hadapi dalam salat selama ini? Bisakah hati dan pikiran kita lari saat salat sementara DIA MENATAP hati pikiran kita? Kalau begitu kok bisa maksiat sementara DIA terus menerus memperhatikan kita?

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena belum faham bacaan, makna, hikmah, keutamaan, syarat dan rukun salat, maka jadilah "sukaaro" salat mabuk alias salat tanpa rasa, tanpa pemahaman, tanpa penghayatan, tanpa keyakinan, kosong, hampa, seakan robot jasad tanpa ruh, "alkusaala" malah terasa beban, buru buru pengen cepat selesai, senangnya menunda nunda waktunya, gerak salatnya cepat seperti ayam matok. Surah & bacaan salatpun komat kamit.

Sahabatku, simaklah Kalam Allah ini, "...Janganlah kalian menegakkan salat, sedangkan kalian dalam keadaan mabuk, sampai kalian benar-benar faham apa-apa yang kalian baca dalam salat kalian" (QS4:43). Lihat orang mabuk berkata berbuat tetapi tidak sadar apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat, lihat orang salat berdiri, bertakbir, baca ayat, rukuk, sujud, tahiyyat dan salam, tetapi tidak sadar bahwa ia sedang berdiri, rukuk sujud menghadap pencipta langit dan bumi. Tidak sadar bahwa ia sedang berdialog dengan pencipta dirinya, yang maha menentukan segala-galanya! Jangan lupa berwudhu, berzikir dan berdoa sebelum tidur.


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena tidak sadar bahwa salat itu adalah "Almuhadatsah bainal makhluqi wal Khooliqi", dialog hamba kepada Kholiqnya. "Apabila salah seorang dari kalian salat, sebenarnya dia sedang berkomunikasi dengan Allah," (HR Bukhari Muslim).

Coba perhatikan dari adzan, panggilan waktu menghadapNya, yang dipanggil pun yang bersyahadat, "Asyhaaduallaa ilaaha illallah wa ashhadu anna Muhammadar Rasulullah". Yang tidak beriman tidak dipanggil, karena itulah Rasulullah mengingatkan, "Yang membedakan kita dengan orang kafir adalah salat, maka siapa dengan sengaja meninggalkan salat, maka sungguh dia sudah berperangai seperti orang kafir". 


Menutup aurat menghadapNya, menghadap kiblat karena memang fokus jasad, ruh, hati, pikiran kepadaNya, apalagi berjamaah jadi rapi shof dan seluruh dunia pun satu arah kiblat. Lalu bersuci karena memang menghadap Maha Suci, lalu berdiri tegap, takbir, membaca iftitah "Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samaawati wal ardho", hamba datang menghadapMu, duhai Pencipta Langit dan Bumi, tunduk patuh taat padaMU.

Inilah di antara komunikasi salat yang belum dipahami. Lantas bagaimana khusyuk tanpa kesadaran ini?

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena sedikit kita yang paham bahwa dalam salat, tatkala membaca Alfatihah terjadi dialog hamba dengan Rabbnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca surat Alfatihah, setiap ayat yang dibaca itu langsung dijawab oleh Allah."

Lalu Rasulullah menyampaikan, ketika seorang hamba berkata, "Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam." Allah menjawab, "HambaKu telah memujiKu". Seorang hamba berkata, "Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang." Allah menjawab, "HambaKu memujiKu."

Seorang hamba berkata, "Raja di Hari Pengadilan." Allah menjawab, "HambaKu mengagungkan diriKu. HambaKu berserah diri kepadaKu." Seorang hamba berkata, "Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan." Allah menjawab, "Inilah pertengahan antara Aku dan hambaKu, dan bagi hambaKu apa yang dia minta Aku berikan".

Seorang hamba berkata, "Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau anugerahkan kepada mereka, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat." Allah menjawab, "Ini milik hambaKu, dan bagi hambaKu apa yang dia minta Aku berikan," (Hadis Qudsi, HR Muslim).

Karena itu, Sahabatku, mulailah bacanya pelan-pelan dengan kesadaran dan keyakinan, 'Thuma'ninah'. Sungguh Allah menjawab setiap ayat yang kita baca.


Mengapa sulit khusyuk dalam salat? Karena 'hubbub dunya', sangat mencintai dunia. "The money is the first and the final of life, no money no happy," sehingga hati pikirannya selalu dipenuhi oleh segala sesuatu yang bersifat duniawi, duit, dolar, makan minum, keluarga, target-target bisnis, masalah-masalah, berhayal, dan sebagainya.

Itulah yang diingat-ingat dalam salat, sampai apa yang disebut oleh Rasulullah, "Hatta yansa kam rokatan laka," sampai dia lupa sudah berapa rakaat dia sudah salat. Maka tidak heran saat salat yang semestinya hati pikirannya fokus dalam salat, malah ingat dunia.

Sahabatku, simaklah Kalam Allah surah Al Maa'uun ayat 4 dan 5 ini,

"Celakalah orang-orang yang mengerjakan salat yang hati pikirannya lalai kepada Allah."

Lalai hatinya karena dunia. "Ball tu'tsiruunal hayaatad dunya," (QS 87: 16).

Karena itu, sadarilah hidup kita tidak lama di dunia yang fana ini. Salatlah seakan salat terakhir hidup. Simaklah sabda Rasulullah, "Bila engkau melakukan salat, maka salatlah kamu, seperti orang yang akan meninggalkan alam fana," (HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad).

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena makan minum yang haram, baik secara zat (lizaatihi) seperti anjing, babi, alkohol, narkoba dan sebagainya, atau cara mencarinya dengan cara haram (linailihi), walaupun halal zatnya seperti makan tempe tahu halal tetapi karena cara mencarinya dengan berdusta, menipu, sumpah palsu, terima sogokan, korupsi dan sebagainya, maka tetap haram.

Seakan dia makan tempe tahu, tetapi sebenarnya dia makan anjing dan babi. Itulah yang disebut, "Rijsun min amalisy syaithon."

Najis karena amalnya, atau 'roddudzdzakaat' karena menolak zakat, maka hartanya bercampur dengan hak fakir miskin, kotorlah hartanya. Semuanya menjadi hijab hati dan hijab hubungan kepada Allah. Walhasil, sholatnya pun tidak diterima. Allah 'subbuuhun', Maha Suci hanya menerima yang suci.

Ingat komentar Rasul pada orang yang menangis tatkala berdoa, "Hampir saja aku mengira doanya diijabah Allah, namun Jibril memberitahuku bahwa orang itu suka menipu. Lantas bagaimana Allah menjawab si penipu, pakaian dan makanannya dari hasil menzholimi orang lain?"

Sadarilah, saat salat kita berhadapan dengan zat yang Maha Suci.


Karena salatnya masih disertai 'Al Fahsyau', berbuat maksiat seperti berdusta, mabuk, buka aurat, berjudi, berzina, dari zina mata melihat yg porno, tangan meraba, pikiran berhayal sampai zina kemaluan. "Adzdzunuubu kaafilatul quluubi", dosa-dosa maksiat itu menjadi penutup hati.

Alwaqi guru Imam Syafii berkata, "Nurullahi la yuhda lil a'shi", sungguh cahaya nur hidayah Allah tidak akan masuk pada hati yang tertutup gelap karena maksiat. Inilah kebanyakan yg terjadi pada 'tukang sholat', bukan 'Penegak Sholat', STMJ (Salat Tekun Maksiat Jalan), ritual rutinitas tanpa disertai amal yang berkualitas.

Hasilnya, lagi-lagi kosong, tidak ada "atsar" pengaruh. Ini sekaligus menjadi jawaban mengapa ada orang salat tetapi sulit khusyuk. Bagaimana khusyuk, maksiat terus.
Imam Ghazali berkata, "Sungguh, sekali dusta sudah cukup membuat salatnya terhijab kepada Rabbnya."

Subhanallah. Mudah-mudahan Allah terus membimbing kita dengan hidayahNya sehingga semakin dekat dengan kematian, semakin baik ibadah salat kita. Amin.

Mengapa sulit khusyuk dalam salat?

Karena salatnya disertai 'Al Munkar', berbuat zholim, menganiaya, menipu, menggunjing, memfitnah, merendahkan orang lain secara terang-terangan atau secara diam-diam. Dalam hatinya merendahkan orang lain, menghina, memukul apalagi sampai membunuh orang lain.

Ini pun menjadi hijab besar, karena Allah hanya menerima ibadah yg membuat hamba itu menghinakan diri di hadapanNya dan yang membuat dirinya rendah hati kepada makhlukNya. Cukup salat itu akan dianggap dusta kalau tidak memperhatikan yatim piatu dan faqir miskin (QS Al Maun 1-3).

Cuek, masa bodoh, pelit, "emangnya gue pikiran", dan sebagainya sudah cukup dianggap pendusta salat, pendusta agama apalagi sampai berbuat aniaya.

Ini semua bukan akhlak hamba Allah yang salat. orang salat itu belas kasih, santun, pemaaf, murah senyum, dermawan dan rendah hati, sahabatku.

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima salat hamba-hambaNya yang rendah hati". Sekali lagi sahabatku, hambaNya yang mengenal Allah akan menghinakan diri di hadapan Allah dan buahnya rendah hati di hadapan mahlukNya.


Ustadz Arifin Ilham
merdeka.com

Ironi Merah Muda


Ini tentang cerita lama…
Ketika rona merah muda itu bersemi, siapa yang dapat menyanggahnya?
Kini hati milik yang resah, menjadi gulana tiap kali merindukan parasnya
Bukankah kita terlalu sering menjadi seorang pengagum nan malu?
Menyambungkan semua irama di tiap pertemuan yang disebut kebetulan
Mencoba bertahan dalam percakapan tanpa arah dengan sosoknya
Menyembunyikan semua kegugupan dibalik riangnya tawa
Menahan rasa hampa pada jeda waktu yang panjang kala lama tak bertemu
Mengunggah dia dalam setiap lamunan malam-malam kita
Tak pernahkah terlintaskah jika sebenarnya iapun demikian?
Menaruh decak kagum pada figur seorang kita
Mencuri kesempatan bola matanya menemukan sudut kita
Menciptakan jarak sekecil mungkin dengan kita
Menjadi cemas setiap menolah ke arah punggung kita yang menjauh
Menyembunyikan kelu lidahnya ketika mengeja nama kita
Menyisakan ruang bagi kita berada di sampingnya
Berkhayal semu tentang kita disebelum tidurnya
Insan yang sama-sama berkepala batu untuk saling cemburu
Untuk berpura tidak tahu dan mengabaikan nurani rindu
Sama-sama menyanggah rasa yang tumbuh tak berarah
Bagaimana jika membisu memang menyakitkan?
Bagaimana jika mematung itu melelahkan?
Dan marutnya tirai kebohongan semakin membentang
Sampai kapan kita bertahan dalam menyakiti relung masing-masing?
Hingga suatu hari setelah kita lupa tentangnya kita baru terbangun
Bahwa kita pernah sama-sama saling mengendap untuk menatap
Namun hari itu tiba dengan terlambat
Menyesalkah kita terlalu ego untuk tak mau saling bicara?

Oleh: Faradika Ayu Pratiwi

Senin, 16 Juni 2014

Perbedaan Cinta dan Sayang

Cinta pada seseorang menimbulkan harapan
Sayang pada seseorang menumbuhkan pengorbanan
Cinta membutuhkan pertemuan fisik
Sayang menembus batas ruang dan waktu
Cinta hadir karena sebab, dan hilang saat sebab tak lagi ada
Sayang hadir tanpa sebab, ia abadi di sanubari
Cinta itu memberi untuk menerima
tapi sayang, memberi untuk menumbuhkan
Cinta bertemu karena kesamaan persepsi
Sayang tumbuh karena kesamaan visi
Cinta identik dengan, "Kamu, adanya apa?"
Sayang identik dengan, "Kamu, apa adanya!"
Cinta berkata, "Aku suka wajahnya"
Sayang berkata, "Aku senang dengan kepribadiannya"
Cinta.. Hari ini kau mencintainya, esok bisa jadi kau membencinya
Sayang, hari ini, kemarin, esok dan selamanya kau tetap menyayanginya
Ada jatuh cinta, tapi tak pernah ada jatuh sayang.
Dalam beberapa detik, Anda bisa mencintainya, Namun tidak dengan sayang.
Karena sayang itu proses mengerti, memahami, menolong, mendahulukan dalam rentang waktu yang panjang.
Di lima tahun pertama usia pernikahan, mungkin cinta yang dominan.
Namun selanjutnya, yang membuat ikatan pernikahan senantiasa langgeng adalah sayang.


Setia Furqon Kholid
Petikan isi buku "Jangan Jatuh Cinta! Tapi Bangun Cinta"

Pejuang Tugas Akhir Interior 2010


Wakatobi

Let's Build our House


Transaction


Wakatobi's Beloved Village